Detail Film
Pemain : Revalina S Temat, Oka Antara, Widyawati, Joshua Pandelaki, Leroy Osmani, Cici Tegal, Ida Leman, Pangki Suwito, Risty Tagor, Berliana Febrianti, Reza Rahardian
Skenario : Ginatri S Noer, Hanung Bramantyo
Produser : Hanung Bramantyo
Berdasarkan Novel karya : Abidah El Khalieqy
Beredar : Mulai 24 Desember 2008
Sinopsis
Kisah berawal dari sebuah pesantren Al-Huda di Jawa Timur milik Kyai Hanan (Joshua Pandelaky) pada tahun 80-an. Seorang gadis berumur sepuluh tahun Annisa (Nasya Abigail) yang menjadi anak ke tiga dari sang Kyai berbeda dengan gadis kecil lainnya di daerah tempat pesantren itu. Ketika kedua saudara laki-lakinya belajar menunggangi kuda, Annisa kecil ingin juga belajar. Namun, dia dilarang oleh kedua orang tuanya, karena dia seorang perempuan.
Annisa merasa tak nyaman dengan lingkungan pesantren dan keluarganya karena selalu ‘menyampingkan’ statusnya sebagai perempuan dengan alasan syariat Islam. Untungnya ada salah satu orang yang mengerti kegelisahan Annisa yang keras kepala dan mengajari Annisa naik kuda, dia adalah Khudori seorang lelaki cerdas dengan pikiran terbuka. Namun, perlindungan Khudori tak berlangsung lama karena dia harus pergi ke Al-Azhar di Kairo untuk melanjutkan kuliahnya dan meninggalkan Annisa sendirian.
Annisa (Revalina S Temat) telah remaja dan memutuskan untuk melamar beasiswa di sebuah Universitas Islam di Yogjakarta. Dia begitu senang ketika pada akhirnya beasiswa yang dia ajukan di Yogyakarta akhirnya mendapat balasan p[ositif, yang berarti dia diterima untuk kuliah disana. Namun, ayahnya yang masih berpikiran kolot tentang syariat Islam, melarang keras anaknya itu untuk melanjutkan kuliah ke yogyakarta. Ayahnya ayng seorang Kyai itu berdalih bahwa haram hukumnya bagi seorang perempuan untuk bepergian safar tanpa muhrim. Tak disangka, ayahnya malah meminta Annisa untuk menikah di usianya yang masih belia itu. Annisa dijodohkan dengan Samsudin (Reza Rahadian) anak seorang Kyai yang membantu pesantren Al-Huda. Dunia pernikahan dirasa Annisa buruk karena perbuatan kasar dan tekanan yang dilakukan sang suami. Tak hanya perlakuan kasar yang didapatkan, Annisa juga dipoligami. Annisa tak bisa berbuat apa-apa karena syariat Islam yang bercokol erat dalam dirinya mengajarkan bahwa perempuan harus mengikuti apa yang dilakukan suami dan menurut apa kata suami. Surga seorang perempuan ada di bawah telapak kaki suaminya. Itulah ajaran yang Annisa terima sejak masih kecil.
Annisa selalu merasa kalau perempuan menjadi warga negara kelas dua, ditindas hak-haknya dan dilupakan suaranya. Namun, semuanya berubah ketika Khudori datang kembali ke Al-Huda dan bertemu dengan Annisa. Benih-benih cinta yang dirasakan sejak kecil masih ada dalam diri Annisa dan Khudori. Tak jarang mereka berdua bertemu dan berbagi cerita. Annisa menceritakan masalah kekerasan yang dilakukan suaminya kepada Khudori. Sayangnya, karena kesabaran yang dimiliki Annisa sudah mulai menipis, dia nekat melepas jilbabnya (masih pakai daleman jilbab) dan meminta Khudori untuk menzinahi dirinya. Khudori yang merasa terkejut dengan sikap Annisa, langsung membuat jarak beberapa meter dari perempuan itu sambil berusaha menenangkan Annisa dan berjanji akan menikahi perempuan itu setelah Annisa menyelesaikan masalahnya dengan sang suami terlebih dahulu. Namun, tanpa diduga, Syamsudin dkk memergoki mereka yang terlihat seperti sedang bercumbu, padahal Khudori bahkan belum menyentuh Annisa. Dan mereka pun disangka telah melakukan hal yang tak diperbolehkan sebagai seorang lelaki dan istri orang sehingga hampir2 membuat mereka berdua dirajam oleh warga pesantren. Annisa akhirnya diceraikan sang suami di hadapan para warga pesantren dan dia memutuskan untuk pergi ke Yogjakarta.
Di Yogjakarta Annisa mulai memperlihatkan bakatnya dengan menulis. Dia bekerja di sebuah kantor konsultan dan menjadi konsultan handal. Annisa pun menikah dengan Khudori dan kembali ke Al-Huda dengan membawa buku-buku karyanya. Annisa ingin santri-santri yang ada di sana belajar memperjuangkan haknya sebagai perempuan dengan banyak membaca dan menulis. Namun, di pesantren itu terdapat larangan membaca buku yang berbau dunia luar. Annisa memperjuangkannya dengan membuat perpustakaan di Al-Huda.
0 komentar:
Posting Komentar