Kamis, 25 Juni 2009

Kisah Nyata Kehidupan Seorang Remaja

Kejamnya Dunia

Aku Dewi, Dewi adalah nama yang bagimu sangatlah cantik. Tapi kehidupanku tak semulus yang engkau kira. Tuhan memberikan aku kelengkapan semua anggota badanku. Wajahku hanya pas-pasan. Tidak ada yang lebih dari diriku. Dari kecil aku selalu sedih.

Waktu duduk di bangku sekolah smp, keluargaku hamper saja berantakan. Awal aku masuk sekolah aku mengikuti MOS, yang biasa dilakukan setiap siswa baru masuk ke sekolah tersebut. Saat pertama aku mengikuti MOS, ibuku pergi ke Jombang bersama adik. Di rumah hanya ada aku dan Ayah.

Pagi-pagi aku sudah berangkat ke sekolah dengan menguncrit rambut 11 ikat sesuai dengan bulan lahirku. Dengan bersusah payah, aku mencoba untuk menguncrit rambutku sendiri. Dengan keadaan rambut yang berantakan aku berangkat ke sekolah.

3 bulan selanjutnya, keluarga tertimpa musibah lagi. Ayah divonis hukuman penjara selama 6 bulan. Ayah di penjara karena, dia telah menabrak orang di jalan tanpa sengaja. Selama ayah tidak ada aku selalu menangis di tiap malam. Dan aku selalu mencoba terlihat ceria didepan semua temanku agar mereka tidak tahu masalah hidupku.

“Ayahmu mana , kok ga’ ada dirumah ?” kata temanku

“ayahku masih kerja biasanya pulang jam 18.00 WIB” kataku

Aku terlalu berbohong di depan teman-temanku. Apa boleh buat aku berbohong hanya menutupi rasa maluku.

Pada waktu yang sama Ibuku di fitnah oleh saudara dan tetanggaku sendiri. Mereka memfinah ibuku berselingkuh dengan laki-laki yang lain selama ayah di penjara.

Sejak saat itulah kami dibenci di keluarga ibuku dan sudah tidak dianggap lagi sebagai anggota keluarga lagi.

Setiap hari aku berdo’a meminta perlindungan dari Allah.

Saat itu aku bingung, aku ingin mencurahkan isi hatiku yang sedih tapi kepada siapa aku bercerita. Aku tidak mungkin bercerita pada sahabatku.

Saat aku pertama kali menjenguk ayah di penjara, aku dipeluk oleh ayah. Rasanya sudah lama kita tidak bertemu. Rasa rindu yang begitu mendalam sedikit terobati dari hatiku.

Suasana di penjara begitu sesak. Ya… Allah apakah ayah bisa nyaman hidup di penjara.

Hari puasa telah tiba, ayah belum juga keluar dari penjara. Terpaksa kami menjalani bulan romadhon ini tanpa seorang pemimpin keluarga.

Terkadang aku harus berbuka puasa sendiri tanpa ditemani ibu dan kakakku. Karena mereka harus pergi untuk mengurus Ayahku agar bisa keluar secepatnya.

Pertama kali dalam hidupku melawati bulan romadhon tanpa kehadiran Ayah.

Liburan bulan romadhon telah tiba. Liburan ini tiada arti bagiku. Hanya kesengsaraan yang menemaniku dalam liburan. Terkadang ibuku memukuli dan memarahi aku. Aku yakin semua kemarahan ibuku hanya pelampiasaan rasa sedihnya.

Takbir telah berkumandang, telah tiba hari idul fitri. Idul fitri saat orang saling berminta maaf sesame keluarga, tapi keluargaku tidak. Hampa terasa idul fitri ini. Selesai sholat Idul Fitri, aku dan ibu serta adik dan kakakku kerumah nenek, setelah kami kerumah nenek, kami berlangsung ke Rutan medaeng untuk menjenguk ayah. Saat aku bertemu ayah, wajah ayah berubah, dan badannya bertambah kurus. Aku memeluk ayah, layaknya anak yang rindu belaian kasih ayah. Ya… itulah yang aku rasakan. Disana ada juga Kakak pertama bernama Ucik. Disana aku menangis, tak tahan melihat kejamnya dunia.

Aku tak menyangka, keluagaku bisa terjebak dalam Rutan yang penuh dengan kriminalitas. Ada berbagai macam orang disana. Disaat itulah aku memahami hidup. Hidup yang penuh dengan cobaan.

November, itu hari kelahiranku, disaat ultaku tiba, tak satu pun anggota keluargaku ingat, aku sedih sekali. Tapi aku menyadari mereka semua sibuk untuk mengurus pengeluaran Ayah.

Alhamdullilah di sekolah masih ada temanku yang masih ingat dengan hari jadiku. Satu per satu temanku memberi ucapan selamat padaku.

Ya Allah terima kasih, disaat aku dalam kesusahan masih ada juga orang yang menyayangi aku dengan tulus. Pada saat itu aku juga berharap Ayah Di penjara masih ingat dengan hari ulang tahunku.

Sidang keputusan ayah telah usai, akhirnya sebentar lagi ayah akan pulang. Aku sangat senang sekali saat mendengar cerita bahwa ayah akan pulang dari ibu. Aku harap ketika ayahku telah pulang aku bersama keluargaku bisa membuka lembaran baru kehidupan kita.

Di sekolah, saat waktu pelajaran Bahasa Inggris, aku tak tahan untuk meneteskan air mataku, saat guruku menyuruh untuk menulis buku diary dengan bahasa Inggris. Aku jadi teringat saat aku menuliskan isi hatiku di my diary.Teman-teman sekelas menanyakan kenapa aku menangis tapi aku tak kuasa menceritakan semua kejadihanku.

Aku berdoa dalam setiap malam, semoga Allah memberikan ketabahan dalam cobaan yang dihadapi oleh kami semua. Hari kian berlalu begitu lambat. Aku tak sabar menunggu keluarnya ayahku.

Tapi hari-hariku kulewati di sekolah dengan cepat berkat canda tawa sahabatku. Meskipun dibalik tawaku tersimpan kesedihan dan mereka semua tak tahu. Terkadang aku merasa iri melihat temanku diantar oleh ayah mereka, sedangkan ayahku sekarang terjebak dalam penjara. Aku rindu sekali belaian kasih saying orang tuaku.

24 Desember, ya… itulah pasti kalian tahu, tanggal itu adalah hari Ibu bagi seluruh Ibu di dunia. Saat itu juga ayahku pulang dari penjara. Saat ayah sudah datang dan dirumah ayah memeluk kami dengan rasa rindu yang dalam.

Ya… Allah, akhirnya ujian ini bisa kami lewati, aku bersyukur padamu Ya… Allah. Telah lama moment ini kami tunggu, akhirnya tiba saatnya moment ini.

Sejak saat itu, kami membuka lembaran baru kehidupan dan melupakan segala yang telah ada di masa lalu keluargaku.


Dikutip dari : kisah seorang remaja ( Youtari )


0 komentar: