Selasa, 09 Juni 2009
Hama dan Penyakit pada tumbuhan
1. Hama pada Tumbuhan
Mengenal sifat - sifat morfologi luar dari binatang penyebab hama merupakan hal yang penting untuk mempermudah mengenali jenis - jenis hama yang ada di lapangan. Ada beberapa filum dalam dunia binatang yang sebagian dari anggotanya berpotensi menjadi hama tanaman, yakni Filum Aschelminthes, Mollusca, Chordata dan Athropoda.
Dalam filum Aschelminthes, anggota klas nematoda banyak yang berperan sebagai hama tanaman, misalnya anggota dari ordo Tylenchida, “Giantsnail”, Achatina fulica merupakan salah satu anggota filum Mollusca yang diketahui sering merusak berbegai jenis tanaman, baik tahunan maupun tanaman semusim.
Anggota ordo Rodentia, yakni tikus dan bajing merupakan anggota filum Chordata yang menjadi hama penting pada beberapa jenis tanaman. Anggota filum Chordata lain yang juga berpotensi menjadi hama tanaman adalah kera (Primates) dan babi (Ungulata).
Arthropoda merupakan filum terbesar dalam jumlah anggotanya, sehingga sebagian besar jenis hama tanaman merupakan anggota filum ini. Namun demikian, anggota filum ini khususnya dalam klas Arachida sebagian besar bertindak sebagai musuh alami hama, sedang dari klas Insekta sebagian dari anggotanya menjadi hama penting pada berbagai jenis tanaman dan yang lain ada pula yang berperan sebagai musuh alami hama.
Jenis - jenis serangga dapat dikelompokkan berdasarkan tipe alat mulutnya. Dengan tipe alat mulut tertentu, perusakan tanaman oleh serangga akan meninggalkan gejala kerusakan yang khas pada tanaman. Oleh karena itu, dengan mempelajari berbagai tipe gejala serangan akan memepermudah untuk mengetahui jenis hama penyebab kerusakan yang dijumpai di lapangan. Gejala kerusakan dalam bentuk intensitas serangan hama dapat juga digunakan untuk menduga tingkat populasi hama di lapangan.
Berdasarkan cara merusak dan tipe gejala, ada tujuh tipe yaitu hama penyebab puru (gall), hama pemakan, hama penggerek, hama pengisap, hama penggulung, hama penyebab busuk buah dan hama penggorok (miner).
2. Penyakit pada tumbuhan
Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua besar yaitu penyakit yang bersifat abiotik dan yang bersifat biotic. Untuk yang bersifat biotic (tidak hidup) misalnya polutan udara, polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembaban yang ekstrim, oksigen dan cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsure hara yang tidak tepat dosis. Sedangkan penyakit yang bersifat biotic (hidup) sampai sekarang dilaporkan ada 6 kelompok besar yaitu jamur, prokariotik, virus, viroid, nematode, protozoa dan tanaman tinggi parasit. Penyebab yang bersifat biotic disebut juga “pathogen” yang berasal dari bahasa latin “pathos” yang berarti sakit dan “gene” yang berarti penyandi sifat. Patogen menyebabkan sakit pada gen sehingga ekspresi yang muncul adalah sesuatu yang tidak normal pada tanaman.
Secara umum, penyakit yang menyerang anggrek dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu :
1.Jamur
Penyakit yang disebabkan oleh jamur menyebabkan busuk akar dan busuk daun. Ciri serangan adalah munculnya benang-benang hifa (benang halus berwarna putih) disekitar terjadinya pembusukan.
2.Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri juga menunjukkan pembusukan hanya saja biasanya pembusukan ini ditandai dengan keluarnya lendir. Kadang-kadang ditandai dengan bau busuk.
3.Virus
Penyakit yang disebabkan oleh virus gejalanya terkadang kurang jelas. Namun secara kasat mata dapat dilihat dari adanya gejala penyimpangan pertumbuhan misalnya daun keriting atau kerdil, bunga menjadi kecil atau tanaman malas berbunga. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini hingga kini belum ada obatnya. Satu-satunya jalah adalah dengan mencegah serangga pembawa virus seperti kutu. Cara lain adalah memusnakan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular pada tanaman lain.
Spora-spora yang diterbangkan angin, terbawa hujan, dan sebagainya pada suatu saat tiba pada suatu tanaman inangnya. Apabila spora tersebut masih hidup dan ia kebetulan jatuh pada tanaman inang yang cocok bersamaan dengan kondisi iklim yang cocok akan terjadi infeksi. Spora tersebut mulai tumbuh dengan membentuk tabung kecambanh, apresorium dan hifa untuk penetrasi (masuk) ke dalam jaringan tanaman, misalnya daun melalui stomata atau langsung saja menembus epidermis daun tersebut. Unit infeksi tersebut menimbulkan gejala penyakit di sekitar terjadinya infeksi yang terlihat seperti bintik atau bercak berbagai ukuran. Bercak-bercak tersebut akan tumbuh konidiofora yang pada ujungnya menghasilkan konidia lagi. Bila konidia matang akan lepas dan terbawa medium ke tempat lain untuk tiba kepada inang yang baru. Ini disebut siklus infeksi.
Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen serta lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit karena tiga factor itu. Salah satu factor tidak ada atau tidak memenuhi syarat maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi olh ketiga factor agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen (fit dan ganas), dan lingkungan mendukung. Misalnya di hutan Kalimanan ada Dendrobium sp, kemudian ada bakteri Erwinia sp yang ganas dan lingkungan sangat lembab, maka akan muncul penyakit busauk pada akar tersebut. Segitiga penyakit ini akan muncul pada kondisi alami. Penyakit muncul tanpa campur tangan manusia. Penyakit yang muncul bisa sangat parah namun juga bisa sangat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar